Kajian kelima
Tauhid Dalam Bertuhan
1)
Yakin bahwa Allah adalah Ilah dan Roobnya. Al-fatihah:4.
Uluhiyyah-Nya: Allah adalah ”ILAH”
(Tuhan yang harus di sembah, tempat memohon, berlindung dan berserah diri
(tawakal). QS. Al- Fatihah:4.
Rububiyyah-Nya: Allah adalah “ROBB” (Tuhan yang menciptakan /
mengadakan, Yang meniadakan / mematikan, Yang memberi / mengambil dan Yang
mengatur segala urusan makhluk-Nya. As-Sajadah: 5 / An-Nas: 2.
2)
Yakin bahwa
tiada Tuhan selain Allah. Thaha: 14.
3)
Allah adalah Tuhan
yang di sembah makhluq di
langit dan bumi.
Dan Dialah Tuhan
(yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dia-lah yang
Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. Az-Zukhruf:84.
4)
Mengenali (ma’rifat)
Allah:
Ma’rifat berasal
dari kata arafa, yang artinya pengetahuan, Pengenalan dan pengalaman.
Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu
yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada
umumnya. Ma’rifat adalah pengetahuan yang objeknya
bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam bathinnyadengan
mengetahui rahasianya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia
sanggup mengetahui hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang
maujud berasal dari yang satu.
A.
Dzat
(Wujud-Nya):
1)
Wujud
(ada). Al-Muzadilah:7/ Al-Hadid:4.
“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada”.
Dialah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy[[1]]. Dia
mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa
yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [[2]].
dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada.
Al-Hadid: 4.
2) Ada-Nya
berbeda dengan makhluk-Nya. As-Syuura:11
Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat.
Nabi bersabda:
“Bertafakurlah
tentang segala sesuatu (makhluq) dan janganlah bertafakur tentang Dzat Allah,
karena sesungguhnya antara langit ketujuh dan Kursiy-Nya terdapat tujuh ribu
cahaya dan Allah berada di atasnya”. HR.
Abu Syaikh.
Di katakan oleh Imam
An-Nawawi:
“Siapa yang meninggalkan
(tidak membahas) empat perkara tentang Allah,
maka sempurnalah imannya”:
a.
“MATA”
(kapan mulai ada?)
b.
“AINA”
(dimana tempatnya?)
c.
“KAIFA”
( bagaimana / seperti apa?)
d.
“KAM”
(berapa?)
3)
Ada-Nya Esa,
tidak bernak / di peranakkan. Al-Ikhlas.
(lihat pada bab Pengertian
Tauhid)
4)
Tidak terjangkau
oleh indra. Al-An’am: 103.
“Dia tidak dapat dicapai
oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan
Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
5)
Ilmu manusia
tidak menjangkau-Nya. Thaha:110.
“Dia
mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka,
sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.
6)
Ada-Nya Kekal selamanya
dan segala sesuatu selain Dia akan musnah. Ar-Rahman: 26-27 / Al-Qashash: 88.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap
kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. 26-27.
“Janganlah
kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Dzat Allah.”. 88.
B.
Sifat-sifat-Nya.
QS. Al-A’raf:180.
Hanya
milik Allah asmaa-ul husna[[3]],
Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya[[4]].
nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
A. Sifat Wajib 20 dan Mustahil 20:
1)
Wujud: ada. Al-Hadid:4 /
Al-Mujadilah:7. Mustahil,‘Adam:Tidak
ada.
2)
Qidam : Terdahulu.
QS, Al-Hadid 3.
Mustahil, Huduts: Baru
3)
Baqo’:
Kekal. QS, Al-Qashash:88.
Mustahil, Fana’: Rusak
4)
Mukholafatulil awaditsi: Berbeda dengan
ciptaan-Nya. QS,Asy-Syura: 11. Mustahil,
Mumatsalatu lil hawaaditsi:
Menyamai ciptaan-Nya.
5)
Qiyaamuhu binafsihi: Berdri sendiri (tidak membutuhkan bantuan). QS.Al-Ankabut:6. Mustahil,
Ihtiyaaju lighoirih: Membutuhkan
kepada yang lain (makhluq-Nya).
6)
Wahdaniyyah: Esa. Al-Baqarah: 163. Mustahil,
Ta’addud: Bilangan.
7)
Qudroh: Kuasa. QS. Al-Ahzab:72. Mustahil, ‘Ajzun: Lemah.
8)
Irodah: Berkehendak. Al-Qashash: 68. Mustahil, Karohah: Terpaksa.
9)
Ilmu: Mengetahui. Al-Baqarah: 29, 255. Mustahil,
Al-Jahlu : Bodoh.
10)
Hayat: Hidup. QS. Al-Baqarah: 255. Mustahil,
Maut: Mati.
11)
Sama’: Mendengar. QS.Asy-Syura: 11. Mustahil,
Shomamun: Tuli
12)
Bashor: Melihat. QS. Asy-Syura: 11. Mustahil, ‘Umyun: Buta.
13)
Kalam: Berfirman. QS. An-Nisa’: 163. Mustahil, Bukmun: Bisu.
14)
Qodiiron: Kuasa. Mustahil,
‘Ajizan: Lemah.
15)
Muriidan: Maha Berkehendak.
Mustahil, Karihan: Terpaksa.
16)
‘Aliiman.: Maha Mengetahui. Mustahil, Jahiilun : Bodoh.
17)
Hayyan: Maha Hidup.
Mustahil, Mayyitan: Mati.
18)
Samii’an: Maha Mendengar.
Mustahil, Ashomma: Tuli.
19)
Bashiiron: Maha Melihat.
Mustahil, ‘Ama: Buta.
20)
Mutakalliman: Maha
Berkehendak. Mustahil, Abkama: Bisu.
Sifat wajib Allah terbagi empat:
1)
Nafsiyyah: Sifat kepribadian Allah.
( Wujud )
2)
Salbiyyah: Sifat hanya ada pada Allah saja.
(Qidam – Baqo’ –
Mukhoolafatu lilhawaaditsi – Qiyaamuhuu binafsihi – Wahdaaniyyah ).
3)
Ma’ani: Sifat yang wajib dianggap ada pada Allah. ( Qudroh – Irodah –
Ilmu – Hayat – Sama’ – Bashor – Kalam ).
4)
Ma’nawiyyah: Sifat yang mengaktifkan sifat Ma’ani: (Qodiiron – Muriidan– ‘Aliiman
– Hayyan – Samii’an – Bashiiron – Mutakalliman).
B. Sifat Jaiz Allah ada satu: “Fi’lu kulli
mumkinin au tarkuhu”, (Mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu yang
mumkin / wujud). QS. Al-Isra’: 54.
C.
Makhluq (Ciptaan-Nya) / Af’al (pekerjaan-Nya).
1)
Menciptakan alam dengan perkataan
”KUN” (Jadilah). Yasin: 82
§ Dalam surat Al-A’raf: 54, Allah menciptakan langit dan bumi dengan
6 masa.
Keterangan:
Dalam tafsir Al-Munir di sebutkan: Maksudnya ialah Allah mengajarkan kepada
hamba-Nya agar bersifat sabar dan tidak terburu-buru (instan) dalam mengerjakan
segala sesuatunya.
2) Tiada ciptaan Allah
yang sia-sia. Ali Imran:191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Dalam ayat lain:
Semua ciptaan Allah ada hikmahnya. Al-Anbiya’:16
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala
yang ada di antara keduanya dengan bermain-main[[5]].
3) Tiada
yang yang dapat merubah Sunnatullah (aturan-Nya).
“Maka
sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan
sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.”
4) Seluruh alam tunduk dan sujud kepada-Nya. Al-Hajj:
18.
18.
Apakah kamu tidak mengetahui, bahwa kepada Allah bersujudlah apa yang ada di
langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak
di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya.
5)
Tentang
keindahan alam ciptaan-Nya:
a.
Langit sebagai
atap . Al-Anbiya’: 32.
Langit tanpa tiang. Luqman:10.
b.
Bumi sebagai
hamparan (alas). An-Naba’: 6.
c.
Gunung-gunung
sebagai pasak. An-Naba’: 7.
d.
Matahari dan
bulan sebagai penerang. Yunus:
5.
e.
Bintang-bintang
sebagai penunjuk kegelapan. Al-An’am:
97.
f.
Malam buat
istirahat (tidur) dan siang untuk mencari nafkah. An-Naba’: 9- 11.
g.
Awan membawa air
hujan lalu bumi menumbuhkan biji-bijian dan
tumbuh-tumbuhan. Al-A’raf:57.
D. Kalam (Firman-Nya):
Ali-Imran: 193.
Kalam Allah terdiri atas empat bagian:
1.
Amar (perintah)
Dilihat
dari segi bentuknya, maka shiyagh al-Amr dapat
dibagi empat, yakni :
1. Fi’il Amr
Siyagh al-Amr yang
menggunakan fi’il amr, seperti firman Allah, QS.
Al-Baqarah (2), 43:
وَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan
rukulah bersama orang-orang yang ruku”.
Lafal َأَقِيمُو dan
ءَاتُو dalam
ayat tersebut berbentuk fi’il amr dari fi’il madhi أقام dan أتي.
2. Fi’il
mudhari’ yang
dimasuki lam al-Amr,
seperti firman Allah, QS. Al-Imran (4): 104 :
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ…
“Dan hendaklah ada diantara kemu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan…”
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa
lafal وَلْتَكُنْ adalah fi’il mudhari yang dimasuki lam al-Amr (perintah).
3. Isim mashdar sebagai
pengganti dari fi’il al-Amr
Lafal mashdar yang
bermakna sebagai al-amr, seperti firman Allah, QS. Al-Isra’ (15):23:
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا…
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya…”
Lafal
إِحْسَانًا pada
ayat di atas adalah bentuk mashdar dari kata احسن- يحسن yang
berarti berbuat baiklah.
4. Isim fi’il al-Amr
Maksudnya
adalah lafal yang berbentuk isim, namun diartikan dengan fi’il, misalnya :
حي
علي الصلاة, حي علي الفلاح.
1.1 Setiap perintah akan membawa kebaikan.
An-Nahl:97.
“Barang
siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka pasti akan Kami berikan padanya kehidupan yang baik”. (Q.S.
An-Nahl:97)
1.2 Allah tidak menyuruh kejahatan. Al-A’raf: 28.
2.
Nahi (larangan)
2.1.
Larangan adalah perintah menghentikan
perbuatan, sekalipun dari sudut lughat menggunakan kata yang
berbeda, seperti:
a.
Menggunakan fi’il amar, QS
al-Jumuah: 9.
…وذروالبيع…
“…Dan
tinggalkanlah jual beli…”
b. Menggunakan fi’il mudhari’ dari kata Al-Nahyu itu sendiri. QS. Nahl:;90:
وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ…
“…Dan Allah melarang dari perbuatan keji dan
mungkar…”
c. Menggunakan fi’il madhi, yang menunjukkan an-nahyu khabariyyah
(kabar larangan). QS. An-Nisa:
23:
حُرِّمَتْ
عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ…
“ Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu …”
d.
Bentuk khabar larangan dari fi’il madhi. QS Al-Baqarah;229:
وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا
ءَاتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا…
“…Tidak halal
bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan pada mereka…”
2.2. Setiap larangan pasti didalamnya ada nilai mudharatnya.
Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buru”k.(QS.Al-isra’:32)
3.
Wa’d (janji). Wa’ad adalah rangsangan untuk berbuat kebaikan.
3.1.
Janji Allah
pasti benar. Luqman: 33.
إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ
حَقٌّ
“Sesungguhnya
janji Allah adalah benar”
3.2.
Allah tidak mengingkari janji-Nya.
Ali Imran: 9.
إِنَّ اللَّهَ
لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Sesungguhnya
Allah tidak menyalahi janji”.
4. Wa’id (ancaman).
4.1. Tujuan ancaman yaitu: Untuk menghentikan
perbuatan maksiat dan kelalaian dari kewajiban/ kebenaran.
Firman Allah:
“Sesunggunya adzab Tuhanmu
benar-benar keras.” (al-Buruuj: 12)
Firman Allah:
“Dan begitulah adzab Tuhanmu,
apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya
adzab-Nya itu adalah sangat pedih dan keras.” (Huud: 102)
Nabi saw bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ
عِلْمًا لِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ اللَّهِ فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Siapa yang belajar agama karena selain Allah -atau ia menginginkan
denagn ilmu tersebut selain Allah-, maka hendaklah ia menempati tempatnya di neraka.” (HR.
Tirmidzi.
4.2
Ancaman Allah pasti datang bagi penentang-penentang-Nya. Qaf: 14
E. Kedekatan Allah dengan makhluk-Nya
1)
Manusia pasti
membutuhkan Allah. Fathir:15.
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah;
dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
2)
Allah itu dekat,
lebih dekat dari urat nadi.
Al-Baqarah:186./ Qaf:16 .
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat.
Dan
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
3)
Allah selalu
bersama kita dimanapun kita berada. Al-Hadid:4./Al-Mujadilah:
7.
Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan
Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Al-Hadid:4
Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan
Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan
Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari
itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka
berada. Al-Mujadilah:
7.
4)
Allah sebagai
Pelindung bagi orang-orang beriman. Al-Baqarah: 257.
Kebenaran hanyalah milik Allah
[1] Bersemayam
di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan
kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
[4] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang
yang menyembah Allah dengan Nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan
keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud
menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk Nama-nama selain
Allah.
[5] Maksudnya: Allah menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan yang mengandung
hikmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar